Makassar – DM, Kabar dari Markas Polisi Resort Kota Besar (Mapolrestabes) Makassar, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Muhammad Iqbal Asnan, dijemput petugas lalu dibui. Dia dituding mengotaki pembunuhan terhadap Nadjamuddin Sewang, pegawai honor Dishub Makassar, yang meninggal karena ditembak secara misterius oleh S, SHM dan A, anak buah Iqbal, di Jalan Danau Tanjung Bunga, pada sekita pukul 10.30, 3 April 2022, lalu.
Pasalnya, konon, dari berbagai cerita yang dihimpun seputar kejadian, hati di dalam dada komandan Satpol itu terbakar api cemburu. Rasa cinta Iqbal kepada Rahmawati, tak bisa lagi dibendungnya. Bagaimana tidak, Rahmawati, tak hanya cantik, ia juga menempati posisi strategis di Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar sebagai Kepala Seksi Operasional. Rahma banyak mengurusi transportasi perhubungan di laut.
Konon, menurut kolega Rahma di Dishub Makassar, benih-benih cinta Iqbal tumbuh di saat ia menjabat Plt Kepala Dinas Perhubungan. Ia sering berinteraksi dengan Rahma dalam urusan kantor. Nah, dari sini, kata ibu yang juga ngaku sohib kedua insan itu, Iqbal jatuh cinta kepada bawahannya. Dan, saat menerima perhatian yang lebih, Rahma pun klepek-klepek. Ia tak berdaya di hadapan sang bos, meski Pak Plt Kadis ini, sudah punya bini dan anak.
Hubungan Asmara antara Iqbal dan Rahma pun berlanjut. Makin kuat mengakar di hati Iqbal. Ia begitu terpesona dengan kelincahan Rahma. Apalagi, Rahma, dikenal tak hanya lincah, tapi juga sangat agresif.
Lalu, dinamika birokrasi di Pemkot Makassar mengalami eskalasi. Karier Iqbal pun makin terang. Ia mendapat mutasi dan menjabat pos eselon II definitif: Kepala Satpol PP. Ia menggantikan Iman Hud, yang terkenal garang di masa pandemi itu. Iman digeser menempati posisi Iqbal sebagai Kepala Dinas Perhubungan. Saat pergantian jabatan, Imam Hud pun menyerahkan beceng untuk Komandan Satpol yang dijabat Iqbal.
Sayangnya, Iqbal tak menyampaikan ke Imam Hud dalam nota serah terima jabatannya: jikalau di Dishub, ada kekasih gelapnya. Ia hanya mengirim tim yang mengintai, menjaga, sekaligus mengawasi ibu Kasi yang cantik itu.
Laporan pun masuk kepada Iqbal, Sang Komandan Satpol. Rahma mulai bermain hati dengan Nadjamuddin, Pegawai Dishub juga. Dari body style, Iqbal memang pantas cemburu. Nadjamuddin, sedikit lebih menarik dari stylenya. Juga Nadjamuddin kelihatan lebih gagah perkasa. Rasa cemburu Iqbal bergulir seperti salju: kecil, lalu membesar dan melumpuhkan nalar sehatnya.
Ia mengambil becengnya. Pistol Revolver. Ia menyuruh anak buahnya menyelesaikan Nadjamuddin. Tanggal 3 April, di depan Mesjid Cengho, Tanjung Bunga, Makassar, Nadjamuddin terkapar dan meregang nyawa. Semula, Nadjamuddin dikira meninggal karena kecelakaan tunggal.
“Pak Iqbal memang sedikit ‘mati kiri’, kalau liat barang bagus, matanya jelalatan, dia gampang jatuh cinta, sayangnya cemburunya tinggi dan nekat,” ucap salah satu ASN perempuan di Dishub Makassar yang juga kenal baik dengan Rahma maupun Iqbal.
Sepandai-pandai tupai melompat, pasti jatuh juga. Begitulah yang terjadi pada Iqbal. Saat jenazah Nadjamuddin dimandikan, pihak keluarga almarhum merasa heran. Di bawah ketek jenazah terdapat lubang dan darah menetes. Pihak keluarga pun curiga lalu melaporkan tanda itu ke polisi.
Sesuai hasil otopsi, ditemukan proyektil peluru di dalam tubuh jenazah Nadjamuddin. Diduga almarhum meninggal bukan karena kecelakaan tunggal, tetapi meninggal karena ditembak.
Atas dugaan itu, Kepala Polrestabes Makassar, Kombes Pol Budhi Haryantho, memerintahkan anak buahnya menyelidiki kematian Nadjamuddin Sewang.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar, AKBP Renold Simanjuntak, pun bergerak dan berhasil mengendus konspirasi “mati kiri’ yang dilakukan oleh Iqbal Asnan beserta sejumlah oknum anak buahnya. Untuk diketahui, keterlibatan Iqbal terendus setelah AB, yang diduga sebagai eksekutor Nadjamuddin Sewang, tertangkap.(menitindonesia)
Editor : Abo