Daengmedia.com – Jakarta, Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran nasional.
Tingkat pengangguran tinggi masih menjadi masalah sosial di tanah air. Bahkan kebanyakan berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menyiapkan siswa/siswinya untuk siap langsung masuk dunia kerja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tingkat pengangguran terbuka (TPT) Indonesia per Agustus 2022 sebesar 5,86% atau 8,42 juta orang.
Sedangkan TPT lulusan SMK mencapai 9,42%. Dibandingkan dua tahun terakhir, terlihat ada penurunan, di mana 2021 sebesar 13,55% dan 2022 sebesar 11,13%.
Kelompok terbesar kedua adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 8,57%, turun tipis dari dua tahun terakhir. Selanjutnya adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan 5,95%.
Sementara itu lulusan Diploma dan Strata I,II dan III menyumbang TPT dengan masing-masing 4,59% dan 4,80%. Paling rendah adalah lulusan SD dengan 3,59%.
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, maka TPT terbesar adalah laki-laki dengan 5,93% dan perempuan 5,75%. TPT paling banyak ada di daerah perkotaan dan usianya di sekitar 15-24 tahun.
Jika dilihat dari data terbaru yang dirilis BPS pada (5/5/2023), setidaknya ada 7,99 juta pengangguran di Indonesia per Februari 2023, angka ini turun 411 ribu orang jika dibandingkan periode sama tahun 2022.
Adapun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2023 sebesar 5,45 persen, turun sebesar 0,38 persen poin dibandingkan dengan Februari 2022. Dimana 3,60 juta orang atau (1,70% ) penduduk usia kerja yang menganggur terdampak Covid – 19.